Mengenal Fase Oral Pada Bayi

Sebagai seorang konselor laktasi, saya sudah bertemu dengan ibu menyusui dengan berbagai masalah yang dihadapi. Dari beberapa ibu yang bertemu dengan saya, saya menemukan problem yang cukup menarik, sehingga membuat saya kembali membuka buku ilmu kesehatan anak, kembali membaca dan akhirnya jadi lebih paham tentang hal ini.

Apa itu? Fase Oral Pada Bayi.

Bunda yang datang berkonsultasi tentang perilaku bayinya usia 2 bulan yang sering tidak fokus saat Direct Breast Feeding. Sering lepas putting dan memilih menghisap jempolnya. Beliau khawatir ASI tidak cukup sehingga baby memilih menghisap jempol dan BB nya berkurang.

Kita bahas tentang fase oral pada bayi yuk Bund…

Fase oral adalah tahap perkembangan area oromotor, otot daerah sekitar mulut, pipi, rahang dan pencernaan, yang berpengaruh pada perkembangan lainnya seperti berbicara dan makan. Pada fase ini, bayi memusatkan rangsangannya pada daerah mulut dan bibir. Sehingga ia berusaha memasukkan semua benda yang dipegangnya ke dalam mulut karena mulut dianggap sebagai tempat pemuasan kebutuhannya.

Refleks alami ini sudah dimulai sejak dalam kandungan. Karenanya terkadang saat pemeriksaan USG 4 Dimensi sering terlihat bayi dalam kandungan senang menghisap jempolnya. Refleks ini juga disebut Non Nutritive Sucking yaitu menghisap bukan karena butuh asupan atau memenuhi kebutuhan gizi, tetapi hanya mencari efek menenangkan dan memberi kenyamanan pada bayi.

Setiap bayi pasti melalui fase oral, biasanya fase ini akan berakhir saat anak berusia sekitar 18 bulan. Namun, di beberapa kasus, fase ini bisa berlanjut hingga usia balita dengan ciri mengisap jempol hingga usia 5 tahun.

Fase oral ini sangat penting, karena fase ini mempengaruhi kematangan otot di daerah mulut, yang nantinya dapat membantu memaksimalkan kemampuan anak untuk makan ( menerima menelan, dan mengunyah makanan padat) serta berbicara.

Selain itu fase oral juga mengoptimalkan kemampuan kognitif pada anak, dengan memberikan mereka kesempatan menggigit teether, memasukkan tangan, kaki dan benda benda lainnya, bayi bisa mendapatkan informasi tentang tekstur, ukuran, rasa, dan bentuk suatu benda. Pada prakteknya dengan menghisap sesuatu meskipun bukan makanan pada bayi prematur juga akan lebih cepat naik berat badannya dan mengurangi frekuensi bayi menangis (Anderson, 1986). Sehingga dapat kita simpulkan fase ini ada bukan tanpa suatu tujuan ya, tetapi membantu menghantarkan anak supaya siap di tahapan perkembangan selanjutnya.

Jika fase ini masih terus berlanut lebih adari usia 5th, hal yang sebaiknya orangtua lakukan adalah mengakomodir fase ini dengan mainan yang aman. Sebab, fase ini penting dan memengaruhi perkembangan anak selanjutnya, termasuk memengaruhi kematangan otot di daerah rongga mulut.

Sikap orangtua yang memarahi atau melarang anaknya memasukkan jari atau mainan ke dalam mulut, membuat fase oralnya menjadi tidak maksimal dan dapat mengakibatkan keterlambatan kemampuan bicara dan makan.

Jangan larang anak saat melakukan hal itu. Sebab, menurut Psikolog Sigmund Freud, jika anak gagal mendapat kepuasan dari fase ini, maka kelak akan memengaruhi kepribadiannya. Anak akan cenderung memiliki ketergantungan terhadap sesuatu yang berkaitan dengan mulut. Contohnya, ketika dewasa bisa menjadi orang yang makan terus-menerus saat stres, hobi menggigit jari, hingga kecanduan alkohol dan merokok, dsb. Bahkan secara psikologi, anak bisa menjadi orang yang nyinyir jika anak gagal melalui fase oral ini.

Lalu bagaimana cara membedakan fase oral atau lapar pada bayi?

Ini hal yang cukup mudah, jila jari dimasukkan sambal menangis, kemungkinan besar ini karena lapar, namun jika tidak menangis bunda cukup sodorkan payudara bunda, jika bayi lapar maka dia akan segera menyusu, namun jika merupakan fase oral, bayi tidak akan mau menyusu.

Jadi jangan takut bayi bayi kelaparan atau ASI kurang ya bunda…Semangat mengASIhi! (pkrs/drtc)

Article by marketing